banner-detik

beauty clinic dermatologist

Fakta Klinik Kecantikan dan Dokter Kulit Indonesia

seo-img-article

Sedikit jumlahnya, namun ternyata dokter kulit Indonesia pemimpin di Asia-Pasifik. Tapi, hati-hati dengan klinik yang nggak kompeten!

Ngumpul di tengah hampir dua ribu dokter kulit dari seluruh Indonesia dan Asia Pasifik, kebayang kan serunya? Thanks to L’Oreal, beberapa waktu lalu saya jadi salah satu undangan untuk menghadiri Kongres Nasional Persatuan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Nasional (KONAS PERDOSKI) XV yang berlangsung di Semarang, 10-13 Agustus 2017.

Tentunya banyak fakta menarik seputar dermatolog di Indonesia, juga industri kosmetik karena L’Oreal sebagai partner juga menghadirkan dua scientist-nya, Dewi Rijah Sari dari L’Oreal Indonesia dan Maya Krasteva M.D., PhD, dari L’Oreal Paris. “Kompetensi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Memasuk Era Global” jadi fokus bahasan PERDOSKI pada KONAS kali ini, dan saya pun nggak mungkin nggak bertanya tentang maraknya klinik kecantikan di Indonesia. Walau tidak bertitel SpKK, banyak dokter yang membuka praktik di klinik-klinik ini dianggap “dokter kulit” oleh masyarakat, dan masih jadi tujuan mereka untuk mencari solusi masalah kulit.

Baca juga: Ketergantungan Obat Dokter Kulit? Ini Penjelasannya!

dokter-kulit-klinik-indonesia-perdoski

“Faktanya ya, dokter kulit di Indonesia itu jumlahnya hanya ada 1.400 di seluruh Indonesia. Dan baru berpusat di kota-kota besar,” kata Dr. Syarief Hidayat Sp.KK, FINSDV, FAADV, Ketua Umum Pengurus Pusat PERDOSKI yang masa jabatannya berakhir di KONAS kemarin. “Tapi, 1.400 ini masih lebih banyak daripada negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Kamboja. Maka di masa jabatan saya, saya juga membawahi sejumlah wilayah Asia Pasifik.”

Bangga ya? Nah, walau jumlah dokter SpKK yang resmi itu sedikit namun klinik kecantikan malah marak muncul di Indonesia, menurut Dr. Syarief masyarakat harus waspada.

“Title (dokter) yang digunakan itu kan kompetensi, didapatkan melalui proses pendidikan, dengan kurikulum, institusi dan proses pendidikan yang terakreditasi. Misal dokter SpKK, ada standar kompetensinya. Dokter umum, beda lagi kompetensinya. Nah, kalau ada yang melakukan praktik di luar kompetensinya, itu namanya malpraktik. Jadi sebenarnya ‘dokter estetika’ itu tidak ada. Tidak ada catatannya di DIKTI.” kata Dr. Syarif.

dokter-kulit-klinik-indonesia-1

“Jadi kalau kita kursus ke Hong Kong satu bulan, pulang, buka praktik, nah…itu bukan dokter. Jadinya tukang. Tukang laser, tukang filler. Jadi masyarakat harus terdidik, ya.”

PERDOSKI sendiri sebagai perhimpunan, nggak bisa menegur klinik-klinik tersebut, karena baik dokter maupun klinik, sama-sama diawasi oleh Dinas Kesehatan. PERDOSKI hanya bisa membantu melaporkan keluhan.

Regulasi tentang klinik estetika itu sebenarnya ada, namun sedang direvisi. Petinggi-petinggi PERDOSKI malah selama ini sering dipanggil jadi saksi ahli di persidangangan untuk kasus-kasus malpraktik. Maka itu, KONAS PERDOSKI kemarin pun juga diisi dengan banyak workshop untuk para dokter kulit agar dokter kulit Indonesia semakin kompeten, berkualitas, sehingga nggak perlu lah, kita pergi ke luar negeri, atau klinik-klinik yang belum jelas kompetensinya, untuk tampil cantik.

KONAS PERDOSKI selanjutnya akan dilaksanakan di Surabaya tiga tahun lagi. By then, semoga dokter kulit qualified di Indonesia semakin banyak dan berkualitas!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment