banner-detik

beautiful people

Ask Me Anything: Putricaya!

FDGuest

FDGuest/ 112

seo-img-article

Editor’s Note: Ask Me Anything adalah program baru Female Daily dimana kami mengundang beauty influencer atau brand representative untuk berbagi pengalaman mereka di dunia beauty dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan live oleh pembaca. Meet our first AMA Guest: Putricaya!

Screen Shot 2016-08-19 at 10.17.54 AMKalau melihat saya 10 tahun yang lalu, kayanya agak mustahil deh, kalau saya, Putricaya Windiarti bisa end up as a beauty editor, apalagi beauty influencer/buzzer. Boro-boro kenal sama brand skincare high end atau yang namanya serum, perawatan wajah saya hanya sebatas obat dokter, atau termakan rayuan iklan krim wajah.

Yah, pernahlah sekali-kali ditraktir skincare department store sama Mama. Makeup? Cuma modal jepit bulu mata (walaupun sudah ngerti Shu Uemura, sih) dan petroleum jelly untuk mengunci kelentikannya, sisanya minjem punya Mama saja, thank you very much.

Nah setelah lulus kuliah, saya sempat bekerja sebagai Account Executive di sebuah majalah lifestyle (Her World). I hated the job, but I thought the editors always had the most glamorous life. Tapi saya nggak kepikiran sama sekali untuk mencoba nyebrang ke sisi redaksi. Nggak pede juga, karena nggak ada background jurnalistik maupun komunikasi.

Kemudian sempat luntang-lantung di bidang marketing selama setahun, mencari jati diri, tapi ya kok belum ketemu juga. I was still empty inside. Berhubung menggeluti bidang marketing yang mengharuskan saya tampil presentable, saya sudah mulai ‘centil’ dan menabung makeup.

Apalagi waktu jadi AE di Herworld, saya lumayan banyak dapat goodie bag yang isinya produk beauty! Hingga akhirnya, seorang teman menawarkan lowongan sebagai ‘Beauty Assistant’ di majalah Marie Claire yang waktu itu baru mau launching di sini, dan langsung saya sambut dengan gembira.

Screen Shot 2016-08-19 at 10.25.49 AMDari dulu saya memang senang membaca majalah, dan artikel yang paling saya suka itu bagian Beauty, terutama yang bersifat ‘feature’ alias ada unsur experience-nya. Misalnya, artikel tentang pengidap Body Dysmorphic Disorder, atau kecanduan surgery, anything related to my background in Psychology. And I was also a huge fan of Eva Chen back when she was Teen Vogue’s Beauty Editor, her brilliant product curation and writings.

Apalagi ketika mengingat all the perks and goodies of working in a lifestyle magazine back then, makin ‘panas’ semangat saya, meskipun menjadi Beauty Assistant itu artinya harus memulai dari nol. Untungnya, meskipun saat itu belum doyan dandan, saya mulai rajin mengamati beauty trend dan mempelajari dengan detail mengenai skincare dan makeup, walaupun belum sampai tahap beli-beli karena belum mampu, hehe. But regardless of how ‘effortless’ (baca: pemalas) i looked, i always have a huge passion in beauty and found myself to be constantly challenged by this subject.

However, it wasn’t a smooth, easy journey. Memang sih, jobdesc seorang redaktur kecantikan kedengerannya menyenangkan: datang liputan, makan gratis, pulang-pulang dibekali goodiebag dan rilis, sampai kantor tinggal ketik ulang, kurang lebih begitu. But in reality, ‘Beauty’ is a complex subject that requires a sharp writing, numerous research, huge passion and energy, also curious and creative mind. Ternyata menulis tentang kecantikan itu tidak gampang.

Selain belajar menulis di bawah gemblengan para editor senior yang tegas, saya juga belajar merencanakan dan mengarahkan pemotretan Beauty, which also means dealing with moody Russian models whose vocabulary extended to ‘Hello’ and only wanted to eat cucumber for lunch.

Setelah setahun di Marie Claire, saya pun pindah ke CLARA sebagai Beauty Editor, di bawah bimbingan Boedi Basoeki dan Samuel Mulia, the best mentors anyone could ever ask for, and had the best time of my life there.
Karena CLARA merupakan majalah independen dan non-franchise, kami para redaktur didorong untuk berimajinasi seliar mungkin dalam meramu tulisan maupun konsep pemotretan.

Screen Shot 2016-08-19 at 10.27.47 AM-sideKami pun ditantang untuk mengasah kemampuan wawancara dengan cara ‘dijebloskan’ langsung untuk mewawancari high profile public figure setiap bulan. Berhubung di CLARA saya solo karir dalam memegang rubrik kecantikan, saya jadi lebih bebas bereksplorasi, dan saya diperbolehkan untuk mengulas dengan jujur alias tidak harus selalu sugar-coating supaya pengiklan terhibur. Saya juga sering diberi kesempatan untuk memperbanyak cap di pasport, sampai mencapai taraf jumawa dan mengalami fase “bosen ah naik pesawat mulu”, haha.

It was a truly challenging and enriching experience for me, and I still relive it inside my head a lot of times.
Setelah beberapa tahun di CLARA, saya mulai jenuh dan ingin mencari tantangan baru. No such thing as a coincidence, saat itu Mbak Hanzky menawarkan saya untuk bergabung dengan Female Daily.

What better way for me to start in the digital beauty world? And Female Daily totally opened another new world for me. The forum is like a beauty mecca for people who are seriously, immensely passionate about beauty. Banyak banget beauty vocabulary yang saya pelajari dari sini, yang bahkan buat saya yang saat itu sudah menjadi senior editor, intimidating.

Sayangnya, saya tidak bisa berlama-lama di Female Daily, karena harus mengurus Bapak saya yang sakit dan manut suami sekolah ke luar negeri. Saya pun bekerja sebagai freelancer selama beberapa bulan sebelum akhirnya suami berangkat sekolah. Tapi, karena hasrat untuk mengulas produk kecantikan masih membara, dan Instagram saya mulai aktif, saya melihat adanya kesempatan di situ.

I wasn’t ready to build a blog as my own platform, and i saw my own social media as the ideal place to share my perspectives on skincare, makeup, beauty in general. Surprisingly, and fortunately, ternyata banyak yang antusias dan memiliki visi yang serupa dengan approach saya yang tergolong effortless dan practical, but still realistic.

Itulah yang ingin saya komunikasikan, dan yang menjadi motivasi saya untuk maju terus, to be able to influence others that beauty should not be stressing you out. And I really, really wish the editorial makeup would really become a thing. To be honest, I never thought I could reach this level, exposure wise, although it is still far from what I consider successful.

Sampai detik ini, popularitas bukanlah tujuan utama saya dan bukan sesuatu yang saya rencanakan. I just let everything go with the flow, and let the universe sway me to whichever direction I should be.

Now, I welcome you all to ask me anything! From makeup to skincare, beauty industry, anything! Leave your questions below 🙂

Slow Down

Please wait a moment to post another comment