banner-detik

beauty school

Perempuan di Female Daily Bicara Tentang Jokowi

seo-img-article

Grisselda – @imgriss

photo 2Tahun 2014 ini pemilu kedua saya. Di pemilu sebelumnya saya nggak begitu memusingkan siapa yang jadi Presiden dan hanya baca informasi apa adanya aja. Kenapa nggak ambil pusing? Karena entah siapa pun yang jadi Presiden, siapa pun yang jadi mentri A, B, C, dst. Saya pesimis dengan kondisi Indonesia. Sudah bukan hal baru dan sudah jadi rahasia umum kalau Indonesia terkenal dengan jejeran pejabat dan pemimpin yang sepertinya lengket dengan label koruptor. Hukum hanya berlaku di lapisan bawah, lapisan atas sih kesannya kebal ya karena masuk penjara pun seperti tinggal di kamar kos yang cukup mewah dengan berbagai macam fasilitasnya.

Saya kaum minoritas di Indonesia, dan sedih setiap kali melihat Bhinneka Tunggal Ika belakangan ini – nggak cuma satu dua kali – dianggap hanya angin lalu. Orang beribadah menurut keyakinannya saja dipersulit. Bangun tempat beribadah saja ijinnya dipersulit, lalu saat melakukan ibadah di rumah digrebek. Sudah pasti saya ingin memilih pemimpin yang bisa menghargai perbedaan dan memberikan rasa aman.

Pemilu tahun terasa sangat berbeda bagi saya, dan mungkin juga untuk banyak warga negara Indonesia lainnya. Ada dua nama yang muncul, otomatis ada dua kubu dominan yang sangat terasa. Awal pemilu saya masih belum tahu mau memilih siapa, keduanya memiliki pro kontra, informasi keduanya menarik untuk dibaca dan disimak. Namun dengan seiring berjalannya waktu, dengan terbentuknya koalisi di dua kubu itu saya langsung mulai memerhatikan dan mencari informasi sebanyak-banyaknya. Sederhananya begini, dibandingkan dengan grup yang isinya penuh dengan orang-orang yang jejaknya penuh tanda tanya dan membuat saya ragu dalam jangka waktu yang tidak bisa ditentukan, sudah pasti saya menjagokan calon yang isi grupnya penuh dengan orang-orang yang kompeten, punya kredibilitas dan integrasi tinggi,  baik, punya jejak kerja yang bersih, dan tentunya peduli dengan kemajuan negara dan nasib rakyat, tanpa memandang SARA.

Saya pilih Pak Jokowi karena terbukti dari hasil kerjanya: pertama Solo, kedua Jakarta. Ada prestasi nyata Pak Jokowi dalam pemerintahan sipil. Ada bukti nyata bagaimana dia memerintah dan memimpin. Memang beliau harus meninggalkan tugasnya sebagai Gubernur Jakarta, tapi dari masa jabatnya yang singkat saja sudah ada perubahan dan kemajuan yang terasa di Jakarta ini.

Di sisi lain, saat orde baru saya masih kecil jadi tidak begitu merasakan ganasnya orba, namun dari informasi dan cerita orang yang benar-benar merasakannya, wah, mengerikan sekali rasanya kalau orba sampai terulang. Saya jadi makin mantap untuk memilih pemimpin yang bukan berasal dari masa itu, saya memilih pemimpin yang tidak menjanjikan ikon orba dijadikan pahlawan.

Pak Jokowi pasti nggak sempurna, saya pun nggak mendewakan beliau karena manusia pasti punya keterbatasan.  Tapi Pak Jokowi, berikut dengan Pak JK, koalisinya dan nama-nama besar yang mendukung beliau seperti membawa angin dan harapan baru bagi bangsa Indonesia. Indonesia butuh pemimpin yang menghargai, menguatkan, dan mendukung rakyatnya untuk maju. Kita butuh pemimpin dan orang-orang yang peduli untuk mulai melakukan revolusi mental. And he’s the one.

Terlepas terpilih atau tidak, terima kasih Pak Jokowi sudah menggerakkan banyak hati untuk memedulikan bangsa.  Saya kagum dengan kesederhanaan, keberanian dan hati baik Bapak. :’) Apa pun pilihannya nanti, yuk, pakai hak pilih kita tanggal 9 Juli nanti. Nasib Indonesia juga ada di tangan kita bersama.

#Salam2Jari

Slow Down

Please wait a moment to post another comment