banner-detik

lifestyle

Meet the Arisan Ladies; Nadia Mulya & Joy Roesma

seo-img-article

Ketika mendengar kata arisan, yang terbayang di pikiran saya adalah arisan RT yang diikuti mama saya waktu saya masih kecil dulu. Sekumpulan ibu-ibu yang berkumpul di sore hari setiap bulan dengan sajian es sirop dan beragam kue tradisional. Sekarang, rasanya arisan RT semakin jarang. Tapi bukan berarti budaya arisan juga hilang begitu saja. Justru arisan sekarang semakin heboh dengan tarikan dollar dan berlian bahkan….ahh rasanya saya sendiri nggak kuasa untuk menuliskannya :D. Tapi kalau Anda penasaran, semuanya sudah #terpampang_nyata di buku yang ditulis oleh Nadia Mulya dan Joy Roesma; Kocok! The Untold Stories of Arisan Ladies.

Simak yuk ceritanya!

Bagaimana nih awalnya tertarik untuk bikin cerita seperti ini?

Nadia: Awalnya karena kami tergabung dalam arisan. Sebelumnya kami suka bertemu di acara tetapi sekedar bertegur sapa. Arisanlah yang mengakrabkan kami sehingga tercetus ide untuk menulis tren arisan dan sosialita yang selalu mengundang komentar. So that’s one of the positives of arisan, a medium to get to know other ladies better which may lead to many wonderful things.

Memang kami sering bertukar komentar perihal perilaku arisan ladies yang narsis dan ingin eksis. Terkadang geli menghibur, terkadang mencengangkan. Semakin kami mendalami arisan, semakin kami melihat berbagai dimensi yang terkait dengan a bunch of beautifully polished women gathering together on a regular basisThere’s so much to write about! Hingga target 200 halaman membengkak menjadi nyaris 400!

Joy: Ide awalnya muncul dari Nadia yang datang pada bulan April 2012 untuk membuat buku perihal arisan karena belum ada buku nonfiksi perihal arisan terkait dengan evolusi dan tren arisan heboh. Buku tersebut adalah hasil investigasi kami yang memang berada di circle tersebut.

Sejujurnya, saya dan Nadia suka takjub dengan evolusi arisan, di mana sekarang ini banyak arisan yang menggunakan jasa fotografer profesional, menjunjung tinggi dress code, pesertanya berdandan maksimal  dan benar-benar into it. Bahkan ada seorang narasumber kami, dia tergabung di 24 arisan, dan sebelumnya bahkan memiliki 32 arisan. Doesn’t arisan sound like a profession nowadays?

Buku social satire bisa dibilang the joke is on us too. Karena kami menyadari, seringkali peer pressure di kalangan wanita arisan memang berat. Seperti contohnya, supaya terlihat ok, setiap arisan saya past dandan lumayan on, lengkap dengan bulu mata palsu dan busana pun lumayan megang.

(more…)

Slow Down

Please wait a moment to post another comment