banner-detik

haircare

3 Hal yang Dipelajari dari Memotong Rambut Pendek

seo-img-article

Bulan Januari 2016 kemarin, saya memutuskan untuk memotong rambut saya yang tadinya panjang sepinggang menjadi pendek di atas bahu. 

Sejak SMA, saya selalu punya rambut lurus yang panjang menjuntai. Sepanjang kuliah, teman-teman saya silih berganti potong rambut pendek dan mereka selalu nantangin saya untuk berani potong pendek. Entah kenapa saya nggak pernah berani, sampai-sampai begitu saya benar-benar potong rambut pendek, teman-teman nggak ada yang percaya.

Alasan saya nggak pernah mau potong pendek sebenarnya sederhana banget: “Takut jelek.” Culun, ya? Saya selalu bilang rambut itu salah satu bagian tubuh yang paling bikin saya pede, jadi kalau potong pendek terus gagal, wah, bisa-bisa krisis kepercayaan diri. Selain itu, saya suka kegiatan catok-mencatok, sementara kalau rambut pendek kan ya paling model nyatoknya gitu-gitu aja.

Long story short, awal 2016 akhirnya jadi juga saya potong rambut pendek. Nggak ada niat apapun sebelumnya, cuma pas bangun pagi di hari itu kok kayaknya enek ya, sama rambut panjang. Dua jam kemudian, saya sudah duduk tegang di salon sambil memberi komando sok keren pada sang hairdresser:

“Pendekin aja, Mas.”

Screen Shot 2016-12-08 at 7.08.02 PM-sideMinggu-minggu pertama potong rambut pendek, rasanya masih insecure banget. Ngerasa kurang cocok lah, nggak pede lah, dan segenap alasan-alasan lainnya. Bawaannya pengen keramas pake shampoo kuda setiap hari biar rambutnya cepet tumbuh. Apalagi nggak sedikit teman-teman yang bilang kalau rambut saya bagusan panjang. Galau deh, pokoknya.

Terlepas dari semuanya, ternyata saya sampai di penghujung tahun 2016 ini dengan rambut yang masih pendek sebahu. Ada tiga hal yang saya alami selama hampir satu tahun berambut pendek setelah sebelumnya dikenal sebagai “cewek-rambut-panjang-ala-ala-yang-nggak-akan-berani-potong-pendek”.

Identitas Baru?

Nggak bisa dipungkiri, rambut berperan penting dalam menampilkan citra seseorang. Pasti kamu pernah kan, unconsciously judging people by their hair? Seperti misalnya, cewek yang rambutnya pendek di atas kuping pasti tipenya yang kayak gini, nih, terus cewek yang rambutnya dicatok wavy pasti orangnya kayak A, cewek yang rambutnya cepak pasti sifatnya B, dan sebagainya. Kepribadian seseorang, meskipun mungkin nggak semuanya, somehow bisa terpancar dari rambutnya.

Dengan rambut pendek, ada banyak komentar yang saya terima. Mulai dari “lebih dewasa”, “lebih fresh“, sampai yang agak nohok yaitu “lebih keliatan serius”. Hahaha. Dari semua komentar tersebut, intinya banyak yang bilang kalau saya jadi kelihatan berbeda. Is that a bad thing? From my perspective, not at all. Manusia adalah makhluk yang kompleks, karena itu kita nggak bisa lekat dengan hanya satu identitas saja.

Saya nggak bilang kalau potong rambut pendek akan mengubah identitas kamu yang tadinya A menjadi B, tapi buat saya, inilah serunya memodifikasi penampilan, entah itu potong rambut pendek, cat ombre, atau sesederhana memakai warna lipstik yang nggak pernah kita pakai sebelumnya. At least you got to experience what it’s like being someone that you think you don’t want to become, while deep down inside you’re still true to yourself.

Lebih Berani

Karena merasa udah berani potong rambut pendek, saya jadi (sok) berani juga mencoba hal-hal lain. Nggak cuma dalam hal rambut saja, tapi penampilan in general. Eyelash extension? Hayuk. Dicatok keriting kayak girlband Korea? Hayuk. Makan Richeese Fire Wings level 5? Siapa takut! 😀

Biar bagaimanapun, rambut dilihat sebagai “mahkota”-nya perempuan. Jadi kalau kamu sudah pernah melakukan sesuatu yang ekstrim pada rambut, yang lainnya jadi berasa enteng saja. Saya merasa jadi lebih open terhadap berbagai macam hal, cobain ini itu, dan sebisa mungkin mengeksplor hal-hal yang belum pernah saya coba sebelumnya. Percaya deh, keputusan se-nggak-penting potong rambut juga bisa lho, ngasih impact ke hal lain yang mungkin sebenarnya nggak berkesinambungan.

Baca juga: 4 Hal yang Wajib Kamu Pertimbangkan Sebelum Potong Rambut Pendek

Hairdresser

Oke, kalau dua hal yang di atas sifatnya lebih ke emosional, yang satu ini masuknya lebih ke teknis. Semua orang mungkin tahu kalau yang namanya potong rambut dari panjang ke pendek nggak boleh dilakukan sembarangan. Kamu harus bisa cari hairdresser yang nggak cuma bisa motong rambut, tetapi bisa membaca fitur wajah kamu dan mencocokkan gaya rambut yang pas. Lucky me, saat pertama kali transformasi dari panjang ke pendek hasilnya nggak mengecewakan, tetapi saya apes di empat bulan setelahnya ketika mau trim.

Waktu itu, saya ngasal masuk ke sebuah salon dan minta rambut dirapikan sedikit. Saya nggak begitu memerhatikan prosesnya, yang saya ingat cuma pas akhirnya ngeliat ke kaca, rambut saya kayak Once vokalis Dewa 19! Saya ingat banget itu kali pertama saya nangis cuma karena gagal potong rambut. Dua hari setelahnya saya langsung bikin appointment di salon langganan dan minta “dipermak” oleh hairdresser yang sudah paham bentuk muka dan style yang saya mau. Untung masih bisa diperbaiki!

Baca juga: Tips untuk Hijaber Pemula

Moral of the story adalah, kalau kamu punya rambut pendek, bad haircut itu susah banget disembunyikan. Kamu nggak bisa membuat alibi dengan nguncir atau jepit rambut, karena itu berhati-hatilah setiap kali melangkah ke salon, entah itu untuk potong pendek pertama kali atau hanya sekedar trim. Diskusi dulu dengan hairdresser tentang model yang kamu mau, lalu minta bantuan untuk disesuaikan dengan bentuk wajah kamu. Lebih baik ribet dan bawel daripada keluar salon dengan perasaan bete atau marah.

Kesimpulannya, ternyata memotong rambut pendek nggak seseram yang saya kira dan membawa banyak perubahan lain untuk saya. Kalau kamu sebelumnya punya rambut panjang kayak saya dan nggak pernah kepikiran untuk potong pendek, cobain deh, sekali-kali. Biar tahu aja, rasanya. Toh habis itu bisa tumbuh lagi rambutnya. Nggak ada salahnya sekali-kali membawa diri kamu untuk go beyond the comfort zone, even untuk hal sepele seperti memotong rambut pendek.

Who knows it might lead you to great things? 🙂

Baca juga: 6 Cara Mencintai Diri Sendiri, Apapun Kondisimu

Slow Down

Please wait a moment to post another comment