banner-detik

food nutrition

Mitos dan Fakta tentang Santan Kelapa

affi

affi/ 0

seo-img-article

Sajian Idul Fitri biasanya didominasi makanan bersantan yang sering dimusuhi. Apakah benar santan itu jahat? Inilah mitos dan fakta tentang santan kelapa.

Lebaran sudah di depan mata! Di saat ibu saya sedang sibuk memikirkan warna tema baju lebaran sekeluarga tahun ini (she does this every year), saya sedang sibuk membayangkan deretan makanan lezat khas Lebaran yang akan terhidang di meja makan. Rendang! Ketupat! Sayur labu siam! Sambal goreng Cirebon!

Saya juga sudah membayangkan timeline social media saya akan dipenuhi foto-foto makanan enak tersebut diselipi berbagai “keluhan” si pengunduh tentang betapa tidak sehatnya jamuan Lebaran tersebut. “Welcome, heart attack!” begitu canda salah satu teman saya di Path tahun lalu sambil memamerkan sajian keluarganya yang mayoritas berbahan dasar santan, yang sudah seperti frenemy bagi kebanyakan orang Indonesia.

Kenapa frenemy? Karena kita tahu makanan yang menggunakan santan itu biasanya enak-enak, tapi kita berusaha menghindarinya sekuat tenaga karena takut akan risiko meningkatnya kolesterol jahat yang diakibatkan lemak jenuh yang terkandung di dalam santan kelapa. But is it really true that coconut milk increases the risk of heart attack? Apa sebenarnya mitos dan fakta tentang santan kelapa?

mitos-fakta-santan-kelapa

Image source: kulinersehat.com

Santan (coconut milk) adalah cairan yang didapatkan dari hasil pemerasan daging kelapa yang telah diparut. Buah kelapa sendiri sering dijuluki “tree of life” karena merupakan tumbuhan yang hampir semua bagiannya mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia, mulai dari batang pohon, daun, daging, susu sampai minyaknya.

Minyak kelapa malah beberapa tahun belakangan ini mulai kembali populer di kalangan pencinta gaya hidup sehat, karena banyak penelitian yang menunjukkan banyaknya manfaat kesehatan yang membuat minyak ini unggul dibandingkan minyak untuk masak dari tumbuhan lainnya.

Minyak kelapa dan juga santan kelapa kaya akan Vitamin C, E, zat besi, folat, kalsium, magnesium dan fosfor. Santan kelapa juga bersifat anti-bakteri, anti-viral dan anti-microbial – sehingga mampu membersihkan tubuh kita dari berbagai virus dan bakteri sumber penyakit. Santan kelapa juga menjadi pengganti susu sapi sangat bagus karena bebas laktosa, kacang, kedelai dan gluten, sehingga aman untuk penderita alergi bahan-bahan tersebut.

Tapi kenyataannya masih banyak orang yang anti mengonsumsi santan dan minyak kelapa. Alasannya? Karena kedua produk kelapa ini mengandung lemak jenuh dengan kadar tinggi yang dipercaya meningkatkan Low-Density Lipoprotein (LDL alias “kolesterol jahat”) pemicu serangan jantung. Padahal di dalam minyak dan santan kelapa juga terdapat asam laurat yang tinggi, yang justru bisa meningkatkan High-Density Lipoprotein (HDL alias “kolesterol baik”) yang biasanya juga ditandai dengan menurunnya kadar LDL di dalam darah kita.

mitos-fakta-santan-kelapa2

Sudah cukup banyak hasil penelitian yang mematahkan anggapan bahwa mengonsumsi minyak dan santan kelapa berpotensi meningkatkan kemungkinan serangan jantung. Salah satu studi dilakukan oleh seorang ilmuwan yang merupakan Head of Food Technology dari Industrial Technology Institute di Srilanka bernama Dr. Janaki Gooneratne.

Srilanka kebetulan merupakan salah satu negara yang 70% masyarakatnya mengonsumsi produk kelapa, bahkan kelapa bisa dibilang makanan kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah nasi. Hasil dari penelitian yang dimuat di koran Srilanka Sunday Sun Times ini menyimpulkan bahwa mengonsumsi minyak kelapa sebesar 16,4% dari total energi harian (atau sekitar 2,5 sendok makan untuk diet 2,000 kalori) tidak akan menyebabkan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dianggap penelitian tentang efek kelapa bagi kesehatan yang terbesar yang pernah diadakan di dunia, karena melibatkan 957 orang sebagai sample.

Bahkan saat ini, sudah banyak juga ilmuwan yang mulai mengeluarkan penelitian yang mengkontradiksi apa yang kita percayai selama ini: yaitu lemak jenuh merupakan salah satu penyebab penyakit jantung sehingga harus dihindari. Ada penelitian yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition di tahun 2010, yang mengkaji ulang ribuan studi tentang topik ini yang mencakup periode 5-23 tahun. Hasilnya? Tidak ada bukti bahwa mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh meningkatkan risiko penyakit jantung kronis dan penyakit kardiovaskular.

mitos-fakta-santan-kelapa3

Image source: livestrong.com

Well this is good news, isn’t it! Yes, indeed. Kita sebagai orang Indonesia juga sangat akrab dengan berbagai produk kelapa. Selain makanan Lebaran, kita juga sering sekali bertemu dengan kelapa dalam bentuk bumbu, jajanan pasar, sampai makanan penutup seperti kolak dan es lilin! We shouldn’t shy away from these amazing traditional treats because actually coconuts have many health benefits and they are good for us!

But of course, I am a believer of everything taken in moderation. No food is truly perfect and they shouldn’t be consumed too much. Santan kelapa juga cukup tinggi kalorinya sehingga kamu perlu memerhatikan jumlah porsi yang kamu makan dan jangan makan dengan ngamuk kalau nggak mau berat badan bertambah 😀 Intinya, kita harus bisa membedakan antara mitos dan fakta tentang santan kelapa dan membuat keputusan yang sebaik mungkin untuk kesehatan kita.

BUT! We all know Idul Fitri is a time to celebrate and that includes feasting on all the yummy food. Silahkan nikmati berbagai makanan bersantan yang gurih dan lezat ya. Save me some, please!

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment