banner-detik

skin care

9 Hal Tentang Skincare yang Harus Kamu Terima, Suka Atau Tidak

seo-img-article

Ah, the amazing world of skincare. Meskipun taraf dan preferensinya berbeda-beda, saya yakin, semua perempuan pasti senang merawat kulitnya!

Buat saya, ngomongin skincare itu nggak semata-mata hanya seputar “aduh, pengen kinclong” atau “aduh, pengen mulus”, tetapi sudah sama pentingnya dengan organ tubuh kita yang lain. Berhubung kulit adalah organ terbesar di tubuh kita, nggak ada salahnya dong, memberi perawatan ekstra untuk kulit? Kalau soal kinclong dan mulus, anggap saja itu bonus dari produk skincare yang kita pakai. 😀

Bicara soal produk, saat ini brand-brand di luar sana nggak henti-hentinya mengeluarkan inovasi baru. Tiap tahun, selalu saja ada produk baru dengan klaim A sampai Z yang bisa membuat semua orang tergiur. Brightening, hydrating, exfoliating, plumping, you name it, they make it. Apalagi kalau packaging dan review-nya bagus, makin-makin deh, ingin cepat-cepat beli!

Berpetualang dengan skincare memang menyenangkan, hampir sama seperti mencari jodoh, sebenarnya. Kadang, kamu harus stuck dengan produk-produk yang salah dulu sebelum akhirnya menemukan produk yang paling tepat untuk kulitmu. Dalam proses inilah biasanya kita dihadapkan pada 9 hal berikut, yang suka atau tidak, harus kita terima.

Slider_1_-_Aida_Bicaj_s_Top_5_Skin_TipsFoto: intothegloss.com

1. It’s not the same for everyone

Kamu bisa mencontek plek-plekan rutinitas skincare beauty guru favorit kamu, tapi nggak ada jaminan kalau kulitmu akan jadi seperti mereka. Or even worse, hal sebaliknya bisa terjadi dan kamu malah breakout. Ini yang terkadang suka dilupakan orang-orang, yaitu menyesuaikan skincare dengan kulit orang lain, bukan kulit kita sendiri.

Biarpun jenis atau masalah kulit yang dihadapi sama, tetapi kulit kita memiliki reaksi yang respon yang berbeda-beda terhadap suatu produk. Ada baiknya untuk kenali dulu kulit kamu, jangan kebiasaan mencontek habis skincare routine seseorang, dan perhatikan lagi produk yang ingin dibeli, kira-kira cocok nggak dengan kondisi kulit kamu sekarang?

2. Purging dan breakout bisa mengajarkan banyak hal

Kadang kita begitu fokus merasa “jelek” saat purging atau breakout, sampai lupa bahwa ini adalah masa-masa krusial yang harus diperhatikan. Coba hitung, berapa lama kulitmu purging sebelum akhirnya membaik? Tiga hari? Seminggu? Apa yang terjadi pada kulit saat purging? Muncul jerawat, komedo, atau kulit terlihat kusam? Untuk breakout, kira-kira apa yang salah? Ada ingredient yang tidak cocok atau aplikasinya yang salah?

Hal-hal seperti itu penting banget untuk diperhatikan (dicatat kalau perlu), karena selain kamu bisa tahu apa yang disukai dan tidak disukai kulitmu, kamu juga bisa menggunakannya sebagai pedoman untuk memilih produk di masa depan. After all, only you who knows your skin best. Not a dermatologist, not your friend, not a beauty blog, but you.

3. Harga bukan jaminan

Hanya karena suatu produk dijual dengan harga yang “wah” bukan berarti produk tersebut menjadi produk terbaik yang pernah ada. Di luar faktor cocok-cocokan, yang membuat sebuah produk bisa memberikan hasil yang baik pada kulit adalah ingredients-nya, bukan harganya. Tentu, skincare mahal biasanya memiliki teknologi canggih di balik pembuatannya, tapi banyak juga kok drugstore brand dengan teknologi canggih yang dijual dengan harga standar. Asalkan kamu jeli memilih produk, you can find so many cheaper alternatives out there in the market.12002084_10153689824812566_6161900020929943735_n

4. Ada harga, ada kualitas

Sebaliknya, kalau sebuah produk dijual dengan harga di atas rata-rata, jangan langsung skeptis dan berkata “Ah, menang nama brand-nya doang ini mah, paling isinya biasa aja.”. Kelebihan dari brand-brand premium biasanya ada pada ingredient, teknologi atau penelitian di baliknya, bagaimana produk tersebut diformulasikan, dan sumber bahan alami yang didapat. Brand premium juga biasanya mengemas produknya dengan packaging yang kokoh, tidak mudah tumpah, dilengkapi spatula untuk krim, dan kelebihan-kelebihan lainnya.

5. Patience is the key

Kadang, butuh waktu lamaaaaa, sekali untuk produk memberikan hasil yang signifikan pada kulit kita. Saya juga termasuk golongan orang yang kurang sabar kalau tentang skincare, apalagi soal jerawat. Maunya cepat-cepat bersih dan mulus saja mukanya. Padahal, kulit kita pun perlu beradaptasi dengan produk, karena itulah patch test wajib dilakukan, dan pantau secara berkala progress-nya. Take a selfie once in a few weeks and look for differences. Mendokumentasikan kulit kita selama perawatan bisa bermanfaat banget.

5. Kulit akan selalu berubah

Saya pernah menanyakan suatu hal yang kalau dipikir-pikir, agak bodoh juga sebenarnya. Saat itu, saya sedang konsul bersama seorang dokter kulit dan saya bertanya, “Dok, dulu waktu kuliah saya cuma pakai sabun cuci muka dari drugstore mulus-mulus aja kulitnya. Sekarang udah double cleansing, double toning, kenapa malah jadi lebih sering jerawatan?”

Sang dokter hanya menjawab dengan santai, “Level stress kamu sekarang dibandingkan waktu kuliah, masih sama atau beda? Stress sekecil apapun itu berpengaruh pada kulit, apalagi untuk tipe kulit acne prone. Nanti setelah umur 30, 40, kalau memang lagi banyak pikiran, ya jerawat bisa saja muncul lagi.”

6. If it’s bad, it’s bad

Saat mencoba skincare baru, kadang kita suka denial dalam melihat realita. Kalau saat dipakai produknya terasa perih, kulit memerah, dan wajah terasa memanas, itu adalah reaksi alergi yang harus kamu waspadai. Hentikan dulu pemakaiannya selama beberapa hari, kalau memang saat dipakai reaksi tersebut muncul lagi, artinya produk itu sudah saatnya dilepas!

9 Hal Tentang Skincare yang Harus Kamu Terima, Suka Atau Tidak 17. Dermatologist is (sometimes) the answer

Kalau masalah kulit yang kamu alami sudah sangat mengganggu dan berbagai macam produk sudah dicoba namun nggak ngefek, saatnya membuat appointment di dokter kulit. Kalaupun kamu nggak mau menebus obat atau melakukan treatment, nggak ada salahnya konsultasi dengan SpKK untuk tahu penjelasan medis tentang masalah kulitmu.

8. Hal yang terasa klise bisa berdampak sangat baik atau buruk bagi kulit

Healthy eating mungkin sudah menjadi saran yang bosan banget didengar, tapi saran ini pun nggak akan dikatakan berulang-ulang kalau memang dampaknya hanya sedikit bagi kulit. What we eat will show up on our skin. Kalau lagi nggak pingin-pingin amat, kurangi camilan berkadar gula dan MSG tinggi atau goreng-gorengan yang hanya numpang lewat di mulut. Mengganti pola makan secara keseluruhan memang susah dan butuh komitmen tinggi, jadi saya sarankan untuk mulai kontrol cemilan dulu.

*memandang bungkus Chitato Mie Goreng dengan nanar*

9. Akan selalu ada orang yang kulitnya lebih bagus dari kamu

Stop comparing yourself to others! Especially on social media. Saran ini pernah ditulis oleh Affi dalam artikel 6 Cara Mencintai Diri Sendiri, Apapun Kondisimu, dimana membandingkan diri sendiri dengan orang lain, kalau diturutin terus, nggak akan ada habisnya. Ini juga terkadang menjadi salah satu “dosa” saya, terlalu mupeng melihat kulit seseorang, entah itu beauty guru, selebriti, atau teman sendiri, sampai kadang jadi minder sendiri. I believe that peaceful mind is also the key for a better skin, that’s why I begin to learn to accept my skin the way it is, flaws and all.

Nah, itulah 9 hal tentang skincare yang terasa annoying, tapi harus kita terima dengan lapang dada. Ada yang mau menambahkan poin kesepuluh? Dari sembilan poin di atas, ada nggak yang relate banget sama kamu? Share, ya!

Slow Down

Please wait a moment to post another comment