banner-detik

industry news

Mengenali Beberapa Keunggulan Sekolah Mode Imelda Sparks

seo-img-article

Menandai dua tahun eksistensinya, sekolah mode Imelda Sparks Fashion Academy (ISFA) menyelenggarakan rangkaian acara yang diberi nama Sparks Essentia.

Mungkin belum banyak yang mengetahui kehadiran sekolah mode asli Indonesia ini. Sekolah berbasis vokasi ini didirikan oleh Imelda Marlina dan Floery Dwi Mustika pada awal 2013 lalu. Berawal dari passion yang tinggi, Ibu Imelda Marlina -seorang desainer dan profesional yang telah menimba ilmu dari berbagai institusi fashion- ingin membentuk sebuah wadah bagi talenta muda yang ingin berkarier dan berkembang dalam bidang fashion.

Pada akhir tahun 2014, desainer senior Musa Widyatmojo bergabung untuk bersama-sama membangun ISFA sebagai lembaga pendidikan fashion dengan kurikulum yang sesuai dengan sumber daya dan industri fashion di Indonesia.

Salah satu yang menjadi keunggulan sekolah ini adalah kerjasama dengan SITAM AB, sebuah lembaga fashion terkemuka di Thessaloniki, Yunani. ISFA kini menjadi satu-satunya sekolah fashion di Indonesia yang menggunakan sistem dan tools dalam pengolahan garmen yang disebut TELESTIA AB, yang telah mendapat akreditasi dari Word Textile Institute.

Menandai dua tahun kiprahnya membentuk calon desainer dan profesional di bidang fashion, ISFA menyelenggarakan Sparks Essentia, rangkaian acara yang yang dikemas dalam bentuk workshops, talk shows dan fashion show yang berlangsung pada 11-12 September lalu. Workshop dan sharing session dibawakan oleh para pelaku usaha di bidang fashion, antara lain Mel Ahyar (desainer dan pemilik label Mel Ahyar Couture dan Mel Ahyar Happa), Musa Widyatmodjo (desainer dan pemilik label Musa Widyatmodjo, Musa Atelier, M by Musa serta Creative and Academic Development Director ISFA), Windri Widiesta Dhari (desainer dan entrepreneur fashion berlabel Nur Zahra), dan Amy Wirabudi (pengamat mode dan fashion PR).

Dalam kesempatan ini juga ditampilkan karya 4 desainer muda lulusan ISFA yang kini tengah merintis jalan sebagai pelaku di industri bisnis fashion. Mereka menampilkan karyanya dengan penekanan pembelajaran sisi bisnisnya, antara lain; penggunaan material bahan dengan cost yang terjangkau namun memiliki nilai jual yang sesuai pada sasaran marketnya. Mereka yang menampilkan karyanya adalah Brigita Lourdes, Anggi Sherwinda, Ditya Metharani, dan Sevi Irawan.

isfa1

Koleksi karya Anggi Sherwinda

isfa2

Karya Brigita Lourdes

Tema monokrom atau hitam putih hampir selalu menjadi tema andalan para alumni sekolah mode, tidak terkecuali para alumni ISFA ini. Tetapi bila biasanya kita disuguhkan dengan idealisme tinggi dan kreativitas tanpa batas para calon desainer tersebut, kali ini lulusan ISFA ditantang untuk membuat sesuatu yang ready to wear, langsung dapat dikenakan oleh target konsumen mereka. Tentu dengan konsep yang kuat, seperti tema Geometric Reflection dari Brigita Lourdes ini.

Menurut Brigita, konsep geometri ini akan membawa nuansa segar, dengan desain yang kuat, tegas dan yang pasti memiliki elemen menarik, yang pasti diminati oleh mereka yang ingin tampil beda. Bentuk-bentuk geometrik seperti persegi, segitiga, segi lima, jajarangenjang, permainan kontras warna antara hitam dan putih menjadi elemen utama rancangan Brigita.

Sebuah persembahan dan masukan segar dari ISFA bagi dunia fashion, khususnya di Indonesia. Semoga semakin banyak menghasilkan lulusan yang berkualitas dan bersama-sama membentuk ekosistem fashion Indonesia yang menjadi tuan rumah di negeri sendiri, dan mempunyai pengaruh pula di dunia internasional.

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment