banner-detik

female daily network

FD KickStarter #7: Kupas Tuntas Soal Diet Sehat

seo-img-article

Belakangan ini sebagian besar penghuni Female Daily Network punya kebiasaan baru. Minum kopi pakai santan. Iya, ini serius, lho! Rupanya, kebiasaan Tiara Soemakno, founder dari Eat, Love, Lift yang sering membawa santan kemasan ke kedai kopi sebagai pengganti gula berhasil menular ke sebagian warga FDNHQ. Kenapa saya bilang sebagian, karena saya sendiri sampai detik ini belum mampu beralih sepenuhnya menghilangkan gula dari kehidupan saya. Masih proses 🙂

Saya sendiri sudah mencoba kopi pakai santan. Jadi, waktu Mbak Ipong, Managing Editor Travelers Daily sedang bikin kopi dengan santan, saya pun tergiur mencobanya. Dan ternyata, rasanya tetap enak, kok. Kalau biasanya rasa kopi manis, dengan santan rasa kopinya cenderung jadi gurih.

Perubahan mengganti gula dengan santan ini mulai mewabah di FDNHQ setelah kami semua mengikuti #FDKickStarter awal September ini. Waktu itu, #FDKickStarter ini mendatangkan Tiara sebagai nara sumber untuk mengupas habis soal “Fad and Facts : Diet That Works (or Don’t)”. Sebagai salah satu perempuan yang terobsesi mau menurunkan berat badan yang nggak kunjung normal setelah melahirkan, saya pun paling semangat mendengarkan penjelasan Tiara.  Jadi punya ilmu baru  sebagai modal 😀

Sebenarnya, saya sudah cukup familiar dengan nama pembicara #FDKickStarter kali ini. Memang, sih, saya belum mengenal dekat secara personal, hanya sebatas cerita dari teman-teman kantor yang seperti Mbak Hani, atau Vanya yang memang sudah mengikuti program clean eating bersama founder dari Eat, Love, Lift ini.

Di awal acara #FDKickStarter, Tiara memberikan pop quiz buat peserta yang hadir waktu itu. “Di antara susu rendah lemak, santan,  dan susu kedelai, mana yang lebih sehat?” begitu katanya. Saya, sih, waktu itu memilih susu rendah lemak. Tapi ternyata jawaban saya salah 😀  Di antara tiga pilihan yang ada, santan justru yang paling sehat. Soalnya, kandungan santan itu hanya lemak, tanpa adanya gula. Sedangkan dua minuman yang lain masih mengandung gula yang cukup tinggi.

Lewat #FDKickStarter ini saya jadi tahu kalau sebenarnya musuh terbesar untuk orang-orang yang ingin diet dan mau punya badan sehat sebenarnya adalah gula. Bisa dibilang, gula merupakan musuh yang harus dihindari. Saat itu Tiara mengatakan, kalau efek gula itu sebenarnya mirip dengan narkoba. Kalau sudah kecanduan, ya, akan susah lepasnya. Sarannya, kalau mau lepas dari gula, harus benar-benar menghindarinya secara total. Dan yang perlu dingat, gula itu nggak cuma ada di dalam makanan yang manis saja, mie instan pun mengandung gula.

Memang, sih, tubuh itu tetap membutuhkan gula sebagai pemberi energi, tapi gula juga bisa didapatkan dari makanan lain seperti buah-buahan.  Tiara juga bilang, kalau masyarakat Indonesia lebih banyak yang memilih untuk diet karbo, padahal diet karbo seperti ini  membuat kita lebih rentan terhadap insulin resistance, yang berujung konsumsi gula lebih banyak.

Ngomongin soal diet, ternyata Tiara punya difinisi kalau diet is a manner of living, a way of life. Untuk memulainya bisa memilih sarapan yang lebih sehat, makanan yang mengandung protein yang lebih tinggi seperti telur rebus. Dengan sarapan seperti ini, tubuh kita justru akan memiliki energi yang lebih untuk memulai aktivitas.

Sedangkan yang dimaksud dengan clean eating sebenarnya adalah real food, no artificial flavor, artificial color & sugar subs, shorter ingredient list. Jadi, buat yang mau badannya singset plus sehat, ada sebaiknya memilih untuk melakukan program clean eating. Tapi, bukan eat sampai clean, ya, hehehehe. Dan, Tiara nggak bosan mengingatkan peserta untuk mengubah pola pikir “menurunkan berat badan” menjadi “menurunkan body fat percentage” karena kedua hal tersebut memiliki arti berbeda. Hmmm … betul juga, ya. Berat badan dalam kilogram, kan, bisa tetap sama walau massa otot terbentuk dan persentase lemak tubuh menurun tapi tentunya lebih sehat. Nah, berhubungan dengan hal tersebut, Tiara juga “berkampanye” supaya kita bersahabat dengan measuring tape daripada timbangan. “Jangan jadikan kilogram sebagai patokan,” ujarnya. Wah, salah, ya, pikiran saya selama ini.

Oh, ya, waktu itu Tiara juga sempat membahas soal OCD yang sekarang sedang hietz. Katanya, memang nggak ada yang salah untuk program diet yang seperti ini. Buktinya, OCD ini memang berhasil untuk sebagian orang. Tapi, program OCD ini juga belum tentu cocok untuk semua orang. Selain itu, ada yang perlu dipertanyakan, walaupun OCD ini bisa menurunkan berat badan, bagaimana dengan sisi kesehatannya sendiri? Apalagi kalau pas  buka puasa, makanan yang dipilih kandungan nutrisinya nggak jelas.

Senada dengan Tiara, ternyata dr. Fiastuti Witjaksono Ms,SpGK juga kurang sepaham dan setuju dengan OCD ini. Waktu saya dijumpai di sebuah acara, ahli gizi ini menandaskan kalau dirinya nggak setuju dengan program OCD yang justru tidak menyarakan sarapan. “Biar bagaimanapun sarapan itu sangat penting untuk tubuh dan kesehatan,” tandasnya waktu itu.

Intinya, lewat #FDKickStarter yang ke-7 ini, Tiara mengingatkan kalau sebenarnya diet yang baik itu kuncinya adalah kualitas makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Ditambah lagi dengan olahraga teratur. Intinya, sih, percuma juga kalau mau diet mati-matian tanpa memperhitungkan nutrisi serta olahraga yang seimbang.

Yuk, sama-sama belajar hidup (lebih) sehat lagi….

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment