banner-detik

female daily network

FD KICKSTARTER #3 : Shoot Like a Pro With Your Camera

seo-img-article

Sudah mulai familiar dengan Female Daily Kickstarter kami, kan?

Setiap Kamis pertama di tiap bulan, Female Daily mengadakan acara gathering bulanan yang rutin dilakukan di Female Daily HQ.  Untuk FD KickStarter ketiga, tema yang kami usung adalah “Shoot Like a Pro With Your Camera” dan Female Daily mengundang Edward Suhadi sebagai pembicaranya.  Walaupun hujan mengguyur Jakarta hari itu, masih banyak yang datang, lho!  Semangat belajar tentang kamera langsung dari sang fotografer profesional mengalahkan hujan.

Nah, berbicara tentang kamera, banyak, kan, yang hidupnya nggak bisa jauh-jauh dari kamera?  Mau makan, foto.  Beli baju baru, foto.  Dikasih lipstik, foto.  Paket dari online shop dateng, foto.  Anak atau keponakan lagi lucu-lucunya, foto.  Rasanya gemas kali ya kalau sehari nggak boleh foto.  😀  Dengan makin majunya teknologi, makin banyak juga sekarang kamera yang bisa kita gunakan.  Dari kamera DSLR, kamera saku, kamera mirrorless, sampai kamera di ponsel!  Di FD Kickstarter ini, peserta diajak membawa kameranya masing-masing, supaya langsung belajar praktik di tempat.  Tidak jadi masalah ada yang membawa DSLR, atau ada yang hanya membawa ponselnya.  Yang penting, di FD Kickstarter kita mengerti dan belajar tentang kamera.

 

Sesuai temanya, Edward menjelaskan tentang apa itu yang dimaksud dengan pro.  Shoot Like a Pro itu maksudnya apa?  Singkat kata, orang yang disebut pro adalah orang yang tahu apa yang dia lakukan.  A pro knows what she is doing. Jadi kalau kita mengambil 10 foto, setidaknya ada 8 foto yang bagus.  Karena itu juga, di awal acara, Edward mengajak para peserta untuk mengucapkan “mantra” : Saya mau memotret bukan dengan hoki.

Edward juga mengajak kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa tujuan kita memotret sebelum mengangkat kamera.  Penting untuk tahu kenapa dan apa yang mau kita potret.  Lalu baru mengetahui bagaimana cara memotretnya.  Edward mengatakan, “We take pictures to remember.” Bisa jadi kita memotret dan hasilnya bagus, tapi konteksnya hambar.  Nggak ada cerita di balik foto itu.  Ya bagus, sih, tapi cuma gitu aja.  Nothing special. Tentunya nggak mau begitu, kan?  🙂

Sebelum masuk ke konsep dasar kamera, Edward menjelaskan tentang tipe-tipe kamera beserta kelebihan dan kekurangannya.  Yang pertama adalah DSLR (Digital Single Lens Reflect).  Kamera DSLR memiliki banyak kelebihan, diantaranya adalah kualitas yang bagus dan cepat.  Kita bisa mendapatkan beberapa foto dalam hitungan detik.  Belum lagi, kualitas foto kamera DSLR tajam dan bagus.  Bagi yang suka foto BBB (Belakang Blur Blur), DSLR jagoannya! 😀  Namun tentu saja ada kekurangannya.  Kamera DSLR, seperti yang kita semua tahu, harganya mahal, dan juga bulky.  Kurang praktis jika kita harus membawanya kemana-mana, karena demi terjaganya kamera DSLR, kita memerlukan tas terpisah untuk body camera dan juga lensanya.

Kamera kedua, yang juga paling sering kita temui adalah kamera saku (pocket camera).  Atau biasa juga disebut snap & shoot. Kelebihannya adalah harga yang relatif terjangkau dan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kamera DSLR, praktis, dan kualitas foto dan warna yang dihasilkan pun cukup bagus.  Namun tentunya sebagus apa pun hasil foto kamera saku, masih belum bisa menyaingi hasil foto kamera DSLR.  Kekurangannya yang paling jelas adalah lambat.  Kamera saku tidak bisa meng-capture foto sebanyak kamera DSLR.

Kamera ketiga, adalah kamera ponsel.  Ini yang paling familiar dan biasanya paling sering kita gunakan karena praktis dan cenderung digunakan untuk hiburan.  Foto makan malam bersama teman-teman atau keluarga, foto saat pergi liburan, atau foto barang-barang yang dengan mudahnya bisa langsung di-upload ke social media.  Kekurangannya tentu saja kualitasnya yang rendah.

Kamera terakhir adalah kamera mirrorless, yang merupakan generasi terbaru di keluarga kamera.  Kamera mirrorless adalah kamera yang menjembatani antara kamera saku dengan kamera DSLR.  Mau hasil foto yang lebih bagus dari kamera saku tapi malas dengan beratnya kamera DSLR?  Kamera mirrorless yang berusaha melengkapi gap tersebut.  Kekurangannya adalah di harga.  Medium price, but still quite pricey. Dengan makin banyaknya kamera saat ini, kembali lagi ke tujuan masing-masing.  Anda memotret untuk apa? 🙂

Di FD KickStarter, Edward Suhadi mengajarkan konsep dasar fotografi.  Ada 4 hal yang harus kita pahami : apperture, shutter, ISO, dan white balance.  Saat memotret, kita perlu cahaya, entah itu cahaya matahari atau lampu.  Satpam di kamera yang mengontrol cahaya masuk itu apperture, shutter, dan ISO.  Edward mengibaratkan apperture sebagai keran yang menentukan besar kecilnya cahaya yang masuk.  Shutter diibaratkan sebagai pintu cahaya itu, kita mengatur besar kecil shutter untuk menentukan seberapa lama kita membuka dan menutup cahaya.  Lalu ada ISO yang diibaratkan sebgai sponge, yang menjadi sensor untuk cahaya, seberapa peka/sensitif sensor mempengaruhi cahaya yang masuk.  Contohnya, jika kita berada di ruangan yang gelap, otomatis kita perlu membuka pintu (shutter) yang lama sehingga cahaya bisa dikumpulkan terlebih dahulu untuk menangkap sebuah gambar. Ketiga hal itu, jika diatur dengan benar akan menghasilkan foto yang bagus.  Sedangkan white balance adalah suhu dari lampu.  Mudahnya, Edward mengajarkan dingin lawan hangat, dan sebaliknya.  5000k adalah white balance yang netral, jika Anda berada di tempat yang cahayanya hangat, maka Anda perlu mengatur white balance-nya di bawah 5000.

#PoseBasiyangHarusMusnah

Banyak tips menarik yang dibagikan oleh Edward Suhadi di FD Kick Starter, salah satunya adalah kreatif berpose dan tersenyumlah di hitungan ketiga agar senyum atau tawa kita terlihat lebih natural.  Bicara tentang pose, terkadang memang kita terlalu mengagungkan pose andalan kita hingga hampir semua foto yang ada, pose kita sama! Tipikal wanita adalah kepala dimiringkan sedikit, tangan memegang clutch, dan pasang senyum andalan. 😀  Jangan takut mencoba pose lain, Ladies!  Semakin bervariasi pose kita, semakin banyak “warna” yang ada di album foto nantinya.

Peserta FD Kickstarter juga mendapatkan kesempatan untuk bertanya langsung pada Edward Suhadi sekaligus praktik menggunakan kameranya setelah mendapatkan ilmu dasar fotografi.  Ada ibu yang datang karena ingin tahu bagaimana menggunakan kamera DSLR-nya karena beliau penasaran kenapa mode automatic-nya justru menghasilkan foto yang jelek.  Asyik, kan, langsung diajari oleh ahlinya!  Yang masih bingung tentang apperture, shutter, ISO, white balance, flash, dan zoom juga bisa langsung bertanya pada Edward Suhadi.

Tips penting lain yang diberikan Edward Suhadi adalah masukkan cerita di dalam foto.  Foto yang bagus adalah foto yang bisa menggerakkan hati.  Dan itu adalah foto yang memiliki cerita.  Jika kita memotret hanya untuk menunjukkan obyek foto, itu hanya akan menjadi crime scene photo. Oh, ada mobil bagus, click. Oh, warna sofa itu bagus, click. Oh, ada dompet lucu, click.  That’s it. Nggak ada cerita sama sekali di balik foto itu.  Berbeda jika kita memotret ibu dan anak yang sedang bermain di kolam renang.  Ada cerita di foto itu : seorang ibu yang  menemani anaknya bermain.

Tentunya selalu ada hadiah di FD Kickstarter untuk para peserta yang hadir.  Karena tema bulan ini adalah kamera, ada tas kamera dari Hellolulu sebagai hadiah doorprize dan best tweet. 🙂  Bagi yang ketinggalan atau tidak bisa hadir ke FD Kickstarter bulan April, tenang aja, bulan depan tentunya masih akan ada lagi dengan tema berbeda yang nggak kalah seru.  Sering-sering cek link ini, dan baca timeline @femaledaily, @fashionesedaily, dan @mommiesdaily supaya nggak ketinggalan informasinya, ya!

 

See you next month! 🙂

 

Slow Down

Please wait a moment to post another comment