banner-detik

community events

2011: Shape Up Your Financial Future, The Report!

Hanzky

Hanzky/ 12

seo-img-article

Sebulan lewat sudah setelah 2011: Shape Up Your Financial Future seminar bersama Ligwina Hananto di Bellezza, jadi..apa nih yang sudah dilakukan setelah itu? Mudah-mudahan ada action kelanjutannya yaa…jangan hanya semangat di awal. Ingat, semakin awal kita berinvestasi, semakin sedikit investasi yang harus kita keluarkan!. Yuk, kita coba ingat lagi apa aja poin-poin dari #financiallyfit seminar kemaren:

  • Kita sebagai golongan menengah adalah golongan yang paling menyedihkan dan sangat berpotensi untuk jadi miskin. Kenapa? karena gayanya selangit! Belanja keluar masuk mall dan coffeeshop serta restoran-restoran mahal, long weekend ke Singapore, padahal kalau mau jujur mungkin sebenernya belum sanggup untuk sering-sering begitu. Memang sih double income dan dua-duanya kerja di perusahaan asing dan mungkin gaji memang lumayan tapi didukung dengan lifestyle yang sangat memerlukan uang banyak akhirnya ya pas-pasan juga.
  • Jaman dulu, apalagi kalau tinggalnya di daerah, mungkin masih bisa menyisihkan 90% dari penghasilan untuk ditabung. Tapi jaman sekarang, mana mungkin? Bisa nabung 30%nya aja udah bagus. Hemat pangkal kaya is so last decade, kalo kata Ligwina. Tapi, pertanyaannya sekarang apakah yang disisihkan sebanyak 30% itu cukup untuk membiayai rencana-rencana hidup kita di masa datang? Apalagi ditambah inflasi, mengingat kita hidup di negara berkembang, kalau deflasi itu di Irak..dan kita nggak mau kan seperti di sana?
  • Pernah terpikir nggak untuk bikin dana pensiun? Let’s say kita mau pensiun di umur 55 tahun dan sekarang umurnya 30 tahun dan life expectancy-nya (misalnya) sampai 85 tahun. Berarti dari waktu kita pensiun sampai kita meninggal ada waktu 30 tahun!. Sedangkan dari waktu sekarang ke masa pensiun itu 25 tahun!. Bahkan waktu kita untuk mengumpulkan uang itu lebih pendek daripada masa-masa nggak produktif kita nanti. Jadi nanti selama 30 tahun itu kita akan hidup dari mana? Nggak mungkin kan minta sama anak? Udah coba hitung belum kira-kira yang kita butuhkan dari tahun 2036 – 2066 nanti berapa milyar? Coba deh hitung dana pensiun di webnya QM Financial. Kalau kita hanya nabung 1 juta per bulan untuk dana pensiun, pas kita umur 55 tahun nanti uangnya hanya Rp 300,000,000. Padahal kalau kebutuhan kita sekarang Rp 5,000,000 per bulan, berarti nanti kita butuh Rp 14,656,000,000 yang sudah harus siap ketika kita menginjak 55 tahun. Jauh sekali bukan dari Rp 300,000,000? Nah kalau kita masuk ke reksadana saham yang asumsi returnnya 25%, uang sebanyak Rp 14,656,000,000 itu bisa dicapai dengan Rp 630,000 per bulannya. Selain mengandalkan investasi reksadana, kita juga sebaiknya sudah menyiapkan aset aktif yang dapat kita nikmati di hari tua nanti, seperti rumah yang bisa disewakan misalnya.
  • Kemaren ada ilustrasi dana pendidikan untuk TK, SD, SMP, SMA sampai S1. Tapi kan pasti jumlahnya akan berbeda, sesuai dengan umur anak dan sekolah yang dituju. Jadi bisa dihitung sendiri dana pendidikannya di website QM Financial. Yang jelas, sebaiknya jangan terlalu mengharapkan anak bisa masuk negri. Karena sekolah negri, apalagi yang bagus, terbatas jumlahnya. Dan kalau kapasitasnya hanya untuk 100 anak, ketika anak kita nanti masuk dalam urutan 101 ya nggak akan keterima.
  • Dalam ilmu investasi, yang penting tujuan kita tercapai, jangan serakah karena nanti malah jadi hilang semua investasinya. Kalau butuh uang 100 juta untuk DP rumah tahun depan, amanin aja uangnya di deposito, jangan dimainkan di reksadana dengan harapan dapat return yang banyak, karena bukan nggak mungkin uangnya malah hilang semua. Jadi sebelum berinvestasi, tentukan dulu tujuan finansialnya dan kapan uang itu akan dipakai. Untuk dana-dana penting sebaiknya mengikuti anjuran yang berlaku tapi untuk tujuan seperti liburan yang nggak begitu penting, bisa taruh di reksadana yang paling agresif (return tinggi, tapi risiko juga tinggi), paling enggak kalo market lagi nggak bagus ya seapes-apesnya kita hanya nggak jadi liburan.
  • Pengelolaan keuangan keluarga yang baik komposisinya adalah:
    1. 30% cicilan hutang: KPR/KPA, mobil, kartu kredit, dll
    2. 20-40%: Kebutuhan rumah tangga, premi asuransi, transportasi, kebutuhan anak dan keluarga, pembantu rumah tangga, kesehatan pribadi
    3. 10 – 30%: tabungan dan investasi, tentunya 30% lebih bagus tapi untuk pertama 10% juga nggak apa-apa
  • Yang harus diubah adalah mindset kita melihat uang dan juga mekanismenya. Biasanya kita menabung dari sisa yang didapat setelah pengeluaran. Nah seharusnya kita tentukan dulu 10% dari total penghasilan yang langsung didebet ke rekening khusus, baru sisanya dibagi sesuai dengan pos-pos kebutuhan. Yang bahaya adalah sabotase diri sendiri terhadap uang di rekening khusus itu, makanya uang tersebut harus diberi tujuan. Misalnya Dana Pendidikan, jadi bukan hanya uang nganggur. Jadi kalau kita tergoda untuk mengambil uang tersebut, kita akan lebih mikir jauh karena risikonya adalah anak nggak sekolah.

    • Kalau masih ada hutang kartu kredit, segera lunasilah karena nggak masuk diakal kalau maksa masuk ke investasi yang returnnya 25% sedangkan kartu kredit bunganya 40%.
    • Coba cek asuransi masing-masing deh, terutama yang bukan asuransi murni ya, jadi asuransi pendidikan atau asuransi + investasi. Cek kebutuhan kita di masa yang akan datang, kan udah ada kalkulatornya tuh, sama kah dengan return yang dijanjikan asuransinya? Jangan-jangan kita malah lagi membakar uang dengan premi asuransi. Jangan bahagia dulu kalo uang pertanggungan asuransi kita 100 juta rupiah, karena Rp 100,000,000 itu sedikit. Kalau biaya hidup kita per bulan Rp 5,000,000 berarti uang pertanggungannya hanya bisa dipakai selama hampir dua tahun. Oh ya untuk menentukan jumlah uang pertanggungan dari asuransi jiwa yang kita butuhkan adalah sebagai berikut: UP = Kebutuhan setiap bulan X 12 X 10. Jadi balik lagi kalau biaya hidup kita Rp 5,000,000 per bulan berarti UP kita seharusnya = Rp 600,000,000. Asuransi yang dianjurkan adalah jenis Term 10 tahun, jika terjadi meninggal, UP akan keluar tapi jika tidak terjadi, premi akan hangus seperti halnya asuransi mobil.
    • Tapi kan investasi itu ada risikonya. Ya memang, semua ada risikonya. Menabung risikonya akan tergerus inflasi dan juga sabotase diri kita sendiri..dan ada risiko anak nggak sekolah. The risk of not investing is greater than the risk of investing!

    Kurang lebih segitu intisari dari seminar kemaren. Coba deh kita bikin tabel sendiri yang isinya tujuan-tujuan finansial kita untuk 25 tahun ke depan, baru shock untuk melihat angkanya yang begitu fantastis :D. Tapi lebih mending shock sekarang daripada nanti, bukan?

    Oh iya, seminar kemaren diawali dengan presentasi dari Nestle Fitnesse sebagai sponsor utama. Nestle Fitnesse ini cereal terbarunya Nestle yang kandungannya sangat-sangat menyehatkan dan cocok dikonsumsi untuk mereka yang lagi program penurunan berat badan. Sampai ada program tantangan 14 harinya lho. Kalau untuk saya sih, terlepas dari apapun kandungannya, akan selalu mengonsumsi cereal ini…because it tastes gooooodd!

    1
    1

    Slow Down

    Please wait a moment to post another comment