banner-detik

editors note

Yoris Sebastian, a Creative Junkie

affi

affi/ 19

seo-img-article

Sebagai orang yang pernah bekerja dengan Yoris Sebastian selama beberapa tahun, saya sama sekali tidak kaget mendengar rencananya meluncurkan buku. Malah saya agak heran, kenapa baru sekarang?

Karena sekarang ini industri kreatif sedang marak dibicarakan, mungkin banyak yang baru ngeh dengan kiprah Yoris, padahal dia sudah bikin shock orang dengan kreatifitasnya sejak lama (and I was a witness of that :D)

Yoris mulai dikenal ketika masih bekerja di Hard Rock Cafe pada saat umurnya baru 26 tahun, di mana ia adalah General Manager termuda di Asia Pasifik (termuda kedua di dunia). Pernah denger acara I Like Monday di HRC dulu? Yoris adalah salah satu orang yang memprakarsai acara tersebut. Yoris juga merupakan pemenang dari 2006 International Young Creative Entrepreneur of the Year – Music Award di UK yang diadakan oleh British Council. Masih panjang deretan prestasi Yoris sebagai pekerja kreatif, bisa dibaca di sini, yang jelas sekarang ia adalah seorang entrepreneur sejati dengan menjadi Chief Creative Officer of Oh My Goodness (OMG), sebuah konsultan kreatif.

Beberapa minggu yang lalu saya dan Hanzky datang ke peluncuran bukunya yang berjudul “Oh My Goodness: Buku Pintar Seorang Creative Junkies”. Acara yang diadakan tanggal 1 April ini sempat membuat tamu kaget karena salah satu wartawan yang datang, yang sebelumnya diberi tahu bahwa ia memenangkan sebuah Apple iPad, tiba-tiba mendapat ‘surprise’ April Mop. Cerita lengkapnya baca di sini aja ya. Yang jelas pas menyaksikan kejadian itu saya cuma bisa berkomentar “Yoris banget sih ini!” 😀

Anyway, saya nggak akan menulis review buku Yoris di sini, tapi setelah bukunya selesai saya baca, saya jadi diingatkan bahwa kreatifitas itu kita perlukan bukan hanya pada saat memilih baju yang mau kita pakai atau pada saat nge-blend warna eyeshadow saja 😀 Tapi masih banyak aspek kehidupan kita sebagai wanita yang bisa kita improve kalau kita mau menggunakan kreatifitas dalam melakukannya.

Oya, saya juga sempet ngobrol-ngobrol dengan Yoris soal kreatifitas dan bukunya. Silahkan dibaca, mudah-mudahan bisa jadi inspirasi 🙂

Menggunakan kreativitas untuk melakukan pekerjaan itu kan bukan konsep baru, kenapa baru bikin buku sekarang ris?

Kenapa baru sekarang? Karena ide bikin buku memang baru ada waktu memutuskan resign dari HRC 3 tahun yang lalu. Namun proses penentuan tema berlangsung 1,5 tahun dan penulisan 1,5 tahun. Kenapa tema creativity yang diambil? Karena itu adalah pertanyaan yang paling banyak ditanya di blog saya (yorissebastian.com) dan di berbagai seminar dan workshop yang di berbagai kota di Indonesia. Selain itu menurut publisher saya, GPU belum ada saingan untuk tema ini. Kalaupun ada kebanyakan terjemahan buku luar yang tentunya belum tentu cocok dengan masyarakat Indonesia.

Apakah ada sesuatu yang baru yang ditawarkan Yoris melalui buku ini?

Buat saya bukan sesuatu yang baru, karena ini adalah bocoran semua cara-cara yang saya lakukan selama ini sampai bisa jadi GM di usia 26 tahun dan dikenal sebagai sosok yang kreatif. Namun bagi para pembaca, baik itu karyawan kantoran, dosen, orang iklan sampai mahasiswa ternyata banyak sekali hal baru yang sekarang merubah mindset mereka untuk menjadi lebih kreatif. Kalau dibaca di twitter terlihat sekali respon nya sangat menggembirakan. Saya yakin makin banyak orang yang lebih kreatif setelah membaca buku ini.

Siapa saja yang perlu membaca buku ini?

Walau sangat cocok buat orang kantoran, karena banyak cerita pribadi saya waktu kerja tapi ternyata dosen, mahasiswa, ibu rumah tangga dan banyak lapisan masyarakat lainnya yang juga suka dengan buku ini. Kadang orang tua beli untuk anaknya. Ada juga anak yang kasih ke orang tuamya. Malah ada anak yang kasih ke orang tuanya yang psikolog dan membuat orang tuanya sadar bahwa anaknya tidak aneh, tapi kreatif 🙂 Ada mahasiswa yang terinspirasi untuk bikin tesis yang super kreatif karena baca Creative Junkies.

Bisa dijelaskan sedikit tentang konsep 70:20:10?

Konsep 70:20:10 adalah konsep yang secara tidak sengaja saya lakukan selama ini. Jadi kita harus realistis. 70 persen harus yang sifatnya paling aman, walau kadang kita tidak bisa banggakan. Kalau kerja, inilah kerja bulanan kita. Sementara kita kan masih punya 30 persen waktu luang. Kalau ibu pekerja yang sudah punya anak, 20 persen urus keluarga dan 10 persen untuk mengerjakan sesuatu yang sesuai passion kita, yang who knows nantinya bisa besar sekali 😉

Kalau belum punya anak, artinya kita bisa kerjakan 20 persen sifatnya sampingan yang masih bisa dibanggakan.

Kalau entrepreneur, 70% revenue harusnya diamankan dulu, tidak peduli kalau pekerjaan tersebut tidak terlalu membanggakan asal tidak keluar dari scope business kita.

20% kerjakan sesuatu yang membanggakan tapi masih ada uangnya.

10% kerjakan sesuatu yang monumental yang bisa ada uangnya, bisa tidak ada, bisa juga sifatnya risky sekali. Namun sangat membanggakan.

Apa sih yang Yoris maksud dengan thinking outside the box but execute inside the box?

Ini point paling penting dari buku ini. Kalau di awal-awal kita membuat para pembaca untuk menjadi kreatif, lalu di tengah buku menjadi kreatif bersama sesama. Nah di akhir buku para pembaca, saya ingatkan supaya jangan juga terlalu out of the box namun tidak relevan dengan produk yang mau dijual atau brand yang disandang.

Jadi kalau saya launching buku dengan terjun dari monas, tentunya sensasional namun tidak ada hubungannya dengan buku saya soal creativity dan tidak ada hubungannya dengan brand creative junkies untuk saya pribadi.

Kita sering terjebak, dengan out of the box akhirnya malah out beneran.

Menurut Yoris bagaimana industri kreatif di Indonesia sekarang dibanding tahun2 sebelumnya?

Industri Kreatif sekarang makin berkembang karena keberadaan nya semakin menghasilkan dan semakin diakui. Sekarang sudah mulai ‘diijinkan’ orang tua kalau anaknya mau jadi entrepreneur di bidang interactive misalnya.

Dukungan media dalam menulis berbagai success story para creative entrepreneur ini, selain inspiring juga membuka mata para orang tua yang dulunya konservatif. Selebihnya memang karena tidak ada pilihan, akhirnya terjun ke industri kreatif. Kan kalau terpaksa atau under pressure kadang muncul ide kreatif untuk survive 😉

Tentu saja menyenangkan bekerja di bidang kreatif, tapi kenyataannya tidak semua orang bisa kerja di bidang itu. Menurut Yoris apakah orang-orang yang tidak bekerja di bidang kreatif ini bisa menerapkan apa yang Yoris tulis di buku ini?

Bisa banget. Contohnya dokter, seperti yang saya tulis di akhir buku, saat ini saya sedang membantu seorang dokter untuk sedikit lebih kreatif dengan pekerjaan yang ia miliki. Lawyer yang memang tidak boleh iklan dan promo practice mereka, juga perlu lebih kreatif untuk dikenal banyak orang. Bukan sekedar masuk infotainment 😉 Pharmacy juga perlu lebih kreatif. Insurance yang hanya bicara soal proteksi dan dana masa depan perlu lebih kreatif. Dan masih banyak lagi fi. Every business is a creative business 😉

Menurut Yoris, lebih kreatif mana, perempuan atau laki-laki?

Keduanya sama kreatifnya. Yang penting, mau mengasah kreativitas dan menjadikannya habit. Kalau saya malah jadi kecanduan kreativitas. Tapi harus saya akui, perempuan kan lebih multi task jadi harusnya bisa lebih kreatif 😉

Ada saran bagaimana caranya meningkatkan kreativitas pada anak-anak, yang bisa diterapkan oleh ibunya sehari-hari?

Orang tua jangan terlalu mengatur anak. Mengatur seperlunya sesuai kebutuhan saja, terutama yang sifatnya membahayakan. Namun anak harus dikasih space untuk mereka melakukan apa yang mereka mau selama tidak merugikan orang lain. Banyak mitos kecil, seperti tangan kanan yang tangan baik. Akhirnya waktu ia besar, semuanya berdasarkan apa yang dikasih tau orang tuanya. Mereka tidak terbiasa berpikir sendiri.

Which one is more important, being the innovator or being the best?

Being the best. But most of the time tobe the best, we need to innovate, we need to be creative. Yang pasti Do Not Copy Paste kalau mau sukses. Facebook tidak copy paste Friendster kan? Google tidak copy paste Yahoo kan? Makanya waktu media launch kemarin sengaja saya bikin April Mop buat wartawan untuk nunjukin contoh nyata, bayangkan kalau saya bikin April Mop persis seperti di luar negri? yang ada wartawannya marah hehehe… so Do Not Copy Paste.

What inspires you?

Sebagai pecandu kreativitas, saya sangat terinpirasi oleh hal-hal kreatif yang ada di sekeliling saya. Juga kisah sukses karena kreatif. Contoh terbaru, kalau kemarin pada saat media launch buku, saya menyebutkan contoh nyata dari 70:20:10 adalah Affi dan Fashionesedaily, sekarang ada contoh lagi Lucy Wiryono dan suaminya Afit dengan Holycowsteak mereka. Mereka tidak sekedar bikin steak murah, tapi kualitasnya benar-benar mereka jaga. mereka juga creative memilih produk hero, Wagyu beef yang memang sangat mahal, hingga sering kali kita ke cafe hanya memesan sirloin or tenderloin. Holycowsteak salah satu contoh sukses baru yang ada di sekeliling kita 🙂

Apa saran untuk pembaca FD yang merasa “duh gue nggak kreatif banget orangnya!”

Sarannya simple saja, start your creative habit. Kalau sudah kebiasaan biasanya akan lebih mudah. Seperti yang saya tulis di buku, lakukan dari kebiasaan kecil misalnya jam tangan biasa di kiri pindah ke kanan. Makan buffet dari appetizer, rubah jadi buah dulu 😉 banyak kok creative habit yang kecil namun rutin… break your routine! Itu modal awal menjadi kreatif. Ingat Creativity masih bisa berkembang tidak seperti IQ.

Thanks for chatting with us and rock on Yoris! 🙂

Slow Down

Please wait a moment to post another comment